Secara prinsip, Magneic Resonance Imaging (MRI) merupakan pemeriksaan imaging yang menggunakan bahan hidrogen dan interaksinya dengan kedua medan magnet eksternal dan gelombang radio untuk menghasilkan gambaran yang detail dari tubuh manusia. Pada awalnya, MRI dikenal dengan nama NMR, yang merupakan kepanjangan dari Nuclear Magneic Resonance. Namun, nama ini akhirnya diubah karena konotasi negaif dari kata “nuklir”. Akan tetapi, pada dasarnya prinsip dasar keduanya adalah sama. Pada MRI, gambar diperoleh dari partikel nuklir (khususnya hidrogen).
Selain itu, juga diperlukan medan magnet yang kuat. Kekuatan medan magnet yang digunakan untuk MRI terukur dalam unit Tesla. Satu Tesla setara dengan 10.000 Gauss. Medan magnet di bumi kurang lebih 0,5 Gauss. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa 1 Tesla mempunyai medan magnet kurang lebih 20.000 kali lebih kuat daripada medan magnet bumi. Medan magnet yang dihasilkan oleh alat ini akan memberikan instruksi pada proton yang ada di nukleus hidrogen. Pada keadaan normal, proton akan berada dalam arah atau letak yang acak. Namun, saat diberikan medan magnet maka proton akan menempatkan diri pada kutub medan magnet. Kemudian akan dikirimkan radio frekuensi yang akan menyebabkan vibrasi dari proton. Sinyal radio yang dihasilkan akan direkam dan direkonstruksi menjadi
MRI merupakan metode pemeriksaan diagnostik yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar X. Prinsip dasar pemeriksaan ini adalah inti atom yang bergetar dalam medan magnet. Proton merupakan inti atom hidrogen yang memiliki daya magnet yang apabila ditembakkan dan berada pada medan magnet berfrekuansi tinggi maka proton tersebut akan bergetar dan bergerak searah secara berulang-ulang. Gerakan itulah yang ditangkap dan diproses komputer. Metode ini digunakan karena manusia memiliki konsentrasi atom hidrogen yang cukup tinggi (70%) dalam tubuhnya. Untuk menghasilkan gambar dari proton, minimum diperlukan tenaga medan magnet sebesar 0,064 Tesla sampai 3 Tesla (Brown, et all, 1995).
PRINSIP DASAR MRI
Bagaimana prosedur umum untuk melakukan pemeriksaan MRI?
Berikut ini penjelasannya.
1. Pada awalnya, pasien diposisikan dalam scanner.
2. Medan magnetik pada scanner (biasanya 1 atau 1,5 Tesla) mensejajarkan proton di dalam tubuh pasien pada aksis longitudinal sejajar medan magnet.
3. Dikirimkan pulsa elektromagnetik ke dalam scanner sehingga menyebabkan reorientasi dari proton (biasanya 90° terhadap medan eksternal), selanjutnya pulsa dihentikan dan proton akan kembali relaks.
4. Pada saat proton sudah sejajar dan relaks maka dipancarkan signalradio frekuensi yang ditangkap oleh antena pada scanner.
5. Signal akan diproses menggunakan komputer dengan program software yang digunakan untuk menghasilkan gambar darimultiple organ pada potongan orthogonal (A. Jay Khanna,2002).
Teknik Pemilihan Sequence MRI
c. Fat-suppressed T2-weighted fast-spin-echo and STIR (short tau inversion recovery) images, image ini didesain untuk menghilangkan sinyal lemak dan menonjolkan cairan serta edema. Pulsa sequence ini paling sensitif untuk menilai perubahan patologis dan edema pada tulang dan jaringan lunak para spinal. Selain itu, juga dapat menunjukkan gambaran mielografik dengan sangat baik. STIR baik untuk menilai perubahan bone marrow pada kasus infeksi, inflamatori, dan neoplasma. Selain itu, STIR juga berguna untuk pasien trauma, untuk menilai injuri pada ligamentum dan adanya hemorrhage maupun edema.
d. Gradient-recalled echo (GRE), image ini paling bermanfaat untuk mengevaluasi perubahan degeneratif, meliputi osteofit dan penyempitan foramen neuralis. Oleh karena itu, dibutuhkan potongan yang tipis. Selain itu, juga dapat digunakan untuk evaluasi perdarahan. Sequences ini juga digunakan utuk menggambarkan batas-batas tulang dan diskus intervertebralis, memberikan gambaran yang baik untuk membedakan antara medula spinalis dengan ruang subarachnoid di sekitarnya, serta dapat menggambarkan dengan jelas foramina neuralis dan serabut saraf yang keluar dari medula spinalis. Gradient-echo axial potongan aksial dapat digunakan untuk melihat tulang belakang servikalis dan thorakalis untuk mendeteksi adanya stenosis canalis spinalis. GRE kurang dapat diterima pada pasien dengan motion artefak. Meskipun sinyal terhadap artefak meningkat pada GRE, namun lemak terlihat hipointense pada GRE dibanding dengan T1WI sehingga sebagai hasilnya detail morfologi yang dibentuk oleh lemak tidak tergambar dengan baik pada GRE dibanding image spin echo.
e. Imaging dengan penambahan kontras seharusnya digunakan pada indikasi evaluasi vertebrae post operatif, suspect infeksi, lesi intra dural dan non traumatik dari medula spinalis. Abnormalitas di dalam ruang epidural kadang tidak dapat dievaluasi pada pemeriksaan tanpa kontras dalam kasus metastase. Sementara itu, untuk mengetahui penyebab kompresi medula spinalis akan dapat dengan mudah dilihat dengan penambahan kontras.
f. Proton density imaging dari tulang belakang tidak secara rutin dilakukan, tetapi dapat memberi keuntungan informasi mengenai struktur normal dan patologis dari morfologis tulang belakang (A. Jay Khanna, 2002; Gaurav Jindal, 2011).
Link Lengkapnya silahkan download
https://www.mediafire.com/file/quxvctrva27fqzv/Radiologi_Prosedur_Pemeriksaan.pdf/file
Comments
Post a Comment